Catatan Perjalanan : Distrik Agats

Sudah lama tak menulis. Ini adalah cerita pengalaman saya yang sudah 5 bulan ini mengendap sebagai draft yang akhirnya bisa diselesaikan juga..

November 2014

Malam itu kami berdua tiba di terminal 2 Bandara Soekarno Hatta, belum terlalu malam, jarum pendek  masih menunjuk ke angka 7. Masih 2-3 jam lagi menuju jadwal keberangkatan, kami menunggu di luar sejenak dan seorang teman yang kebetulan sedang disana datang menghampiri (lebih tepatnya kami yang memanggilnya). Tak lama kemudian datang lagi dua orang teman yang baru saja mendarat selepas tugas di Pulau Bangka. Dan kami pun ngerumpi dengan obrolan yang tak jauh dari urusan kerja. Tak terasa sudah lebih dari sejam kami ngerumpi, saatnya bubar. ketiga teman kami pulang ke bandung untuk beristirahat sedangkan kami berdua harus check-in dan masuk ke ruang tunggu untuk penerbangan menuju Timika.

Dua tahun lalu, untuk pertama kalinya saya menyentuh tanah Papua di Jayapura dan saat ini untuk kali kedua kembali ke tanah Papua untuk menuju Distrik Agats. Untuk menuju Distrik Agats, daerah di Kabupaten Asmat, kami memilih perjalanan laut dengan kapal PELNI yang berangkat dari Timika. Seperti daerah terisolir lainnya, jadwal kapal baru ada setiap dua minggu sekali dan jadwalnya pun terkadang berubah seiring dengan kondisi cuaca di perairan. Sempat menginap semalam di Timika, dini harinya kami sudah berada di pelabuhan bersiap mengarungi lautan. 12 jam kemudian kami pun tiba di Distrik Agats, kota di atas bilah kayu.

IMG_3959

Kota seribu papan, begitulah teman saya menjuluki Agats. kota/distrik ini memang unik, selama 2 minggu berada disana saya sama sekali tidak menginjakan kaki di tanah melainkan di atas papan kayu yang menjalar di seluruh penjuru kota. karena berada di tepi sungai dan tanah rawa, jalan dan bangunan di Agats dibuat dengan konstruksi panggung yang terbuat dari bilah-bilah kayu.

IMG_3970

Buat ngisi bahan bakar, tinggal dicolok (dicharge)..

Hal unik lainnya yang saya temui disana adalah alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat setempat adalah motor listrik (selain berjalan kaki tentunya). Disini tentu saja belum ada mobil dengan kondisi jalan dari bilah kayu tidak akan kuat untuk menahan bobot mobil, dan untuk motor dengan bahan bakar bbm pun tidak ada karena bbm langka dan mahal. Jika di kota kita biasa mendengar bisingnya kendaraan bermotor, disini motor tidak mengeluarkan bunyi bising namun karena berjalan di atas bilah-bilah kayu akan terdengar suara gemerisik kayu yang bergetar. Karena motor ini berbahan bakar listrik tentunya membutuhkan baterai sebagai tempat penyimpanan yang bisa dicharge saat tidak dipakai.

IMG_3961

Oh iya, saat ini beberapa jalan yang awalnya dari bilah-bilah kayu telah diganti/upgrade menjadi jalan yang dibeton. Sedikit ngobrol dengan orang dinas disana, katanya ini salah satu hal untuk memajukan distrik agats selain dari penggunaan bilah kayu yang dibatasi agar tidak banyak penebangan liar.

IMG_4019

Jangan cari saya yang mana karena saya yang memfoto..

Penduduk asli di distrik Agats ini adalah suku Asmat namun saat ini sudah banyak para pendatang dari luar papua (khususnya Jawa) yang mencari peruntungan di tempat ini. Sebagian besar toko atau tempat makan disini dimiliki oleh orang pendatang. Tak heran saya tidak kesulitan untuk menyesuaikan makanan disini karena banyak orang jawa, sebut saja nasi kuning, bakso, mie ayam bisa saya temukan disini. Namun makanan khas yang perlu dicoba disini adalah sate rusa. iya, rusa!! Awalnya ga tega mau makan makanan ini karena takutnya hewan yang dilindungi, tapi orang dinas yang menemani kami meyakinkan bahwa sate rusa ini memang makanan khas orang merauke, dan rusa disini banyak (diternak katanya). Akhirnya saya pun menyantap sate rusa ini denngan nikmat 😀

IMG_3973

Selain ke distrik Agats, kami juga berkunjung ke dua desa lainnya yang dapat ditempuh dari distrik Agats dengan menggunakan speed boat. Disini perjalanan antar desa memang harus menggunakan speed boat karena jalur darat masih belum memungkinkan. Setelah 1-2 jam perjalanan, kami pun tiba.

IMG_3985

Senyum anak Agats 😀

Seperti halnya di distrik Agats, desa-desa di kabupaten Asmat ini kebanyakan menggunakan bilah kayu sebagai jalan setapak. Dan seperti di pedalaman pada umumnya, rumah-rumah disini masih terbuat dari kayu.

IMG_4008

Rumah adat suku Asmat

Disana kami juga berkesempatan melihat rumah adat suku Asmat, walaupun hanya melihat dari luar.

IMG_3913

Bandar udara Ewer, dari distrik Agats harus naik speed boat lagi sekitar 15 menit..

2 Minggu di Agats, kami pun pulang. berhubung menunggu kapal PELNI yang jadwalnya tidak ada setiap hari kami pun memilih naik pesawat, walaupun lebih mahal namun lebih cepat. Hanya ada satu pesawat menuju Distrik Agats, yaitu Susi Air. Pesawat bu mentri ini memang menjadi andalan untuk perjalanan ke daerah-daerah terpencil, dengan kapasitas penumpang yang maksimal hanya 500 kg. Jika pada pesawat besar hanya barang bagasi kita yang ditimbang, disini berat badan kita pun ditimbang untuk memastikan beban penumpang tidak melewati 500 kg.

IMG_4036

Susi Air, pesawatnya bu mentri..

Bagaimana jika lebih?? katanya sih, si penumpang harus mengurangi barang bawaan nya yang terlalu berat atau jika tetap tidak mau, salah seorang penumpang mungkin menjadi ‘korban’ untuk tidak diterbangkan. Untungnya pas kami naik beban penumpang yang berjumlah 9 orang ditambah bawaan tidak melebihi 500 kg jadi kami semua bisa berangkat. Asiknya naik Susi Air ialah kita bisa melihat bagaimana sang pilot menerbangkan pesawat.

Dan teman saya yang awalnya agak ragu untuk naik pesawat ini karena takut malah jadi yang paling antusias setelah naik. Sekali-kali kamu mungkin harus mencoba naik pesawat ini, menyenangkan!!!

IMG_4037

Sang teman bersama pilot bule yang sudah fasih berbahasa indonesia 😀

Kami pun sampai di Merauke, menginap semalam dan makan sate rusa sekali lagi, dan esoknya pulang ke Bandung.. Yeaaa!!! dan sejauh apapun kamu pergi rumah adalah tempat ternyaman..

8 thoughts on “Catatan Perjalanan : Distrik Agats

  1. Kang mau tanya..kalau dari agats ke merauke dan sebaliknya naik pesawat itu jadwal nya hari apa aja ya..dan berapa harga tiket nya..haturnuhun..

Leave a reply to gautamakarisma Cancel reply